Teori hantaman meteor merupakan salah satu penjelas punahnya dinosaurus di bumi. Hal itu dibuktikan lewat bekas kawah raksasa di kawasan Semenanjung Yucatán, yang diperkirakan dihujani benda angkasa 65 juta tahun silam.
Namun lenyapnya dinosaurus bukanlah satu-satunya kepunahan massal makhluk hidup di bumi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peristiwa katastropik itu pernah terjadi 200 ribu tahun silam. Kali ini, hampir seluruh biota laut tewas.
Kepunahan massal itu disebabkan oleh faktor dari dalam bumi, yakni letusan gunung api di Dataran Tinggi Deccan di India. Letusan dahsyat ini memuntahkan aerosol yang memenuhi atmosfer bumi. Muntahan aerosol—partikel halus yang tersuspensi dalam gas rumah kaca dan menyebabkan pemanasan—inilah yang menewaskan banyak organisme laut, terutama invertebrata bercangkang di dasar laut.
"Tampaknya kepunahan tersebut terjadi dalam waktu singkat," kata Thomas S. Tobin, seorang ahli paleontologi di University of Washington, Selasa lalu. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology.
Tobin dan rekan-rekannya mengumpulkan fosil biota laut dari Pulau Seymour di lepas semenanjung Antartika. Pulau ini menyimpan deposit sedimen tebal yang kaya akan fosil. Mereka bisa memperoleh banyak informasi terperinci dari fosil-fosil tersebut. "Kandungan fosil di Seymour menegaskan bahwa pada periode setelah letusan Deccan, ada kepunahan massal hewan laut," ujar dia.
Penelitian Tobin menghasilkan data paleontologis yang memberikan gambaran soal spesies penghuni bumi yang hidup selama rentang waktu geologi. Hal ini memungkinkan mereka untuk menentukan kapan suatu spesies punah.
Mereka menggunakan magnetostratigrafi, teknik yang memberikan informasi tentang medan magnet bumi dari waktu ke waktu. Teknik ini mampu memetakan kapan fosil suatu biota laut tersimpan dalam lapisan sedimen.
Tobin berharap hasil penelitiannya di Pulau Seymour dapat dibuktikan di tempat lain, antara lain kutub utara.
| tempo.co |